Perjalanan Hidup Sang Pembeli Rongsok Emas

banner 728x90

GEDUNGTATAAN. Perjalanan hidup manusia kita semua tidak pernah tahu, Takdir, Jodoh  dan Maut semua datangnya dari Allah Swt.
Sebut saja Supri pria kelahiran Dusun Pasar Minggu Desa Gedung Tataan Pesawaran, memiliki 2 anak dan mengasuh 3 adik ipar sejak mereka kecil bukanlah hal penghalang utuk mengais rezeki melalui usaha dagangnya.

Memang cara kang Supri berdagang tidaklah seperti pedagang lainnya yang mangkal di sebuah toko atau emperan jalan raya agar dagangan di beli orang, melainkan dirinya harus berputar – putar mengelilingi Pedesaan yang ada di Kabupaten Pesawaran.

Rongsok, rongsok Emas siapa yang mau jual ? itu suara yang hampir di lakukan setiap harinya sambil berkeliling menunggang sepeda motor yang di temani seorang pembantunya yang bertugas membawa kemana Supri inginkan.

Pria yang mengaku berusia 42 Tahun menggeluti usaha pedagang rongsok emas bukanlah hal yang baru, melainkan sudah di rintis sejak usia lajang bahkan mengaku belum selesai sekolah tingkat SLTA tempo itu .

Berbekal keyakinan dan kemahiran berdagang  dirinya akhirnya harus meninggalkan sekolah untuk terus menekuni usahanya.
Meski Supri berkilah harus meninggalkan sekolah karena harus menanggung biaya sekolah adik – adiknya, yang pasti dalam usaha yang di tekuninya ada tanda kemajuan  dalam usahanya.

” saya memang sejak lajang sudah biasa bekerja, akan tetapi kerja serabutan, sehingga kerja apa saja tidak ada masalah” ujarnya.

Berawal saya ikut orang berkeliling mencari rongsok emas, pada waktu itu seingat saya tahun 1997, dan pada tahun 1998 saya akhirnya meninggalkan masa lajang saya dengan menyunting gadis tetangga Desa.

Saya merasa senang dan menekuni usaha rongsok emas yang profesi ini hanya di lakukan orang tertentu saja, jadi saingannya juga jarang. Hal inilah yang membuat perekonomian saya cukup untuk kebutuhan hari – hari dengan 2 anak dan 3 adik ipar yang pada waktu itu masih banyak membutuhkan biaya Sekolah.

Dari tahun ke tahun saya berkeliling menawarkan jasa kepada pemilik emas jenis anting, kalung maupun gelang yang ingin menjual kami beli, bahkan yang patah hingga tidak memiliki surat kami beli tentu harga yang berbeda.

” usaha seperti ini tergantung rezeki, kalau lagi ada bisa puluhan gram bahkan ratusan gram kami dapat membeli, tapi kalau lagi tidak ada pembeli ya dengan tangan hampa pulang tidak membawa uang” ujarnya dengan santai.

Harga emas pada tahun 1997 itu belumlah semahal sekarang, karena awalnya saya membeli emas harga di pasaran hanya Rp 22 000 / pergramnya, berbeda jauh sekarang hingga mencapai Rp 400.000 an lebih.

Perjalanan yang cukup panjang akhirnya pada tahun 2013 saya membeli tanah pekarangan yang hanya berukuran  72 M2,  dan tidak lama dari itu, membangun rumah yang tidak jauh dengan aliran sungai Way Semah tepatnya di Desa Bagelen Kecamatan Gedung Tataan .

Hidup dengan keadaan sederhana bersama keluarga, terus dijalani dari tahun ke tahun bahkan tanpa terasa beban yang di pikul makin berkurang setelah diantaranya lulus  sekolah dan bekerja.

Supri yang di kenal dengan kegigihannya berkeliling Desa mencari rongsok emas terus di lakukan dari tahun ke tahun, namun hal yang tak diduga saat tertidur lelap dengan keluarganya, dirinya di kejutkan dengan suara gemuruh air dari sungai yang tidak jauh tempat tinggalnya.

” banjir – banjir bandang, itulah yang terdengar suara di keheningan malam”

Meski tidak tahu arah kemana harus menyelamatkan diri Supri dengan Keluarganya terlindung dari musibah, bahkan meski rumah satu – satunya tempat berteduh yang semi permanen itu luluh – lantah di terjang air bah, sehingga tidak ada harta yang dapat di selamatkan, termasuk rumah yang ikut hanyut terbawa banjir Supri tetap sabar menjalani hidup dengan keluarga .

Kini Supri akhirnya tinggal di rumah milik warga,  yang dengan iklas menawarkan untuk tinggal sementara di rumahnya yang hanya berjarak 1 KM saja.

Janji Pemerintah akan bedah rumah di tahun 2017, mungkin ini satu solusi dari karya Pemerintah yang dapat menyentuh langsung kepada rakyat, percayalah ini bukanlah rekayasa, tapi ini bentuk kepedulian Pemerintah untuk membantu rakyatnya yang dalam keadaan tidak berdaya, hai Pemimpin kini waktunya berbuat untuk rakyat.

Rongsok, rongsok emas ? itulah yang selalu dilakukan Supri untuk mengais rezeki dalam memenuhi tuntutan hidup, meski cobaan yang di lalui pada Pebuari lalu sudah hampir di lupakan ? akan tetapi asa tak pernah berhenti, kapan memiliki rumah kembali ?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *